Macica putri Sumini dan Sarbini tiba di rumah sepulang sekolah |
TRIBUNJATENG.COM, MALANG - Sebuah unggahan di Facebook dari pemilik akun Arif Witanto tentang kehidupan sebuah keluarga miskin di Madiun menjadi viral.
Arif Witanto memposting kisah dan foto Sumini (37) serta dua anak gadisnya pada Sabtu (14/1/2017).
Ditemui di rumahnya di RT 05 RW 01 Dusun Wates, Desa Kebonagung, Mejayan, Madiun, kondisi rumah Sumini memang memprihatinkan.
Sumini dan dua putrinya bernama Eka Sumbi Mahendra (14) dan Macica Putri Diansyah (12) tinggal di bekas kandang kambing berukuran sekitar 2 x 8 meter.
Sumini mengaku terpaksa tinggal di bekas kandang yang sudah reyot itu karena kondisi ekonomi.
Ia mengaku sudah menempatinya sekitar lima tahun.
Sebenarnya, rumah mertua tak jauh dari bekas kandang kambing yang dia tempati itu.
Dia mengaku tak betah tinggal di rumah sang mertua.
Alasannya, mertua tak menyetujui pernikahan anaknya dengan Sumini.
Hampir setiap hari mereka bertengkar ketika Sumini masih tinggal di sana.
"Dulu saya diajak suami tinggal di rumah ibunya. Kami bertengkar terus sehingga saya tidak betah," kata Sumini, Senin (16/1/2017).
Kondisi rumah yang ditempati Sumini memang memprihatinkan.
Lantai rumahnya adalah tanah.
Bagian atap langsung beratapkan genteng tanpa eternit atau plafon.
Dinding rumah terbuat dari gedhek atau anyaman bambu yang sudah mulai lapuk.
Agar angin tak masuk dari pori-pori gedhek, Sumini memasang kain di sekelilingnya.
Sekeliling bagian bawah dinding ditutup genteng dan batu bata agar air atau hewan tak bisa masuk ke dalam rumah.
Semua aktivitas sehari-hari berupa tidur, makan, dan memasak berlangsung di dalam rumah yang tak bersekat itu.
Bagian paling belakang difungsikan sebagai dapur serta tempat menaruh peralatan masak dan makan.
Di bagian tengah, terdapat kasur kapuk lusuh berukuran 1,5 x 2,5 meter, digelar di lantai tanpa dipan atau ranjang.
Di sampingnya terdapat rak kayu dan pakaian yang digantung.
Tak ada barang mewah atau barang elektronik di rumah Sumini.
Sambungan listrik pun tidak ada.
"Kalau malam ya cuma pakai senter," katanya.
Bagian depan rumah dipakai sebagai tempat mandi dan mencuci.
Tidak ada atap, pintu atau sekat untuk menutupinya.
Hanya potongan karung yang diikat di dua batang kayu yang tertancap ke tanah.
Apabila Sumini atau anak-anaknya ingin buang air besar, biasa menumpang di rumah tetangga atau di tegalan.
"Nggak punya WC, biasanya di sana (menunjuk kamar mandi milik tetangganya). Kalau nggak di tegalan," tuturnya.
Sumini mengaku ia dan anak-anaknya sudah terbiasa karena tak punya pilihan lain selain tinggal di rumah ini.
Padahal terkadang rumahnya tergenang air pada saat hujan deras turun.
Ketika malam hari, dia harus selalu menyalakan obat pengusir nyamuk.
Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, dia bekerja sebagai buruh di kebun.
Terkadang berjualan keripik tempe dan sayur-sayuran.
Ia menjajakan dagangan di sekitar desa menggunakan sepeda.
Penghasilan yang dia dapat pun tak menentu.
"Kadang sehari dapat Rp 30 ribu, kadang Rp 40 ribu. Kalau pas sepi ya tidak dapat apa-apa," kata Sumini.
Selama ini dia belum pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah desa.
Namun, sebulan sekali dia mendapat 5-10 kilogram beras raskin.
"Kalau bantuan selain beras belum ada. Baru tadi pagi, Pak Kapolsek (Mejayan) datang ke sini memberi bantuan. Saya belum tahu isinya apa," jelasnya sambil menunjuk sebuah kardus.
Jadi setiap hari, dia harus bekerja keras demi mencukupi kebutuhan hidup dan dua putrinya.
Di manakah suami Sumini?
Sarbini (38) bekerja sebagai sopir truk di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya.
Sama seperti sang istri, penghasilan Sarbini juga tidak pasti.
Seminggu hingga sebulan sekali, suaminya pulang ke rumah.
"Nggak tentu, kadang seminggu, dua minggu, sebulan sekali. Kalau ada uang baru pulang," ungkapnya.
Meski hidup prihatin, dua putrinya tergolong siswi berprestasi di kelas.
Keduanya selalu menembus tiga besar di kelas.
"Kalau yang pertama (Eka) kemarin dapat rangking satu. Kalau Macica kemarin rangking tiga," tuturnya bangga.
Macica yang duduk di bangku kelas V SD memilih diam saat ditanya.
Gadis yang bercita-cita sebagai atlet renang ini tampak malu saat akan diwawancara.
Sumini menuturkan, putrinya ini sejak kecil menderita asma.
Ia sebenarnya tak tega melihat anaknya tidur di kasur yang lembab.
Apalagi ketika dia memasak, seluruh isi rumah dipenuhi asap dari kayu yang digunakan sebagai bahan bakar.
Tetangga Sumini, Rumiyati (32), menyebut Sumini membeli bekas kandang kambing miliknya sekitar lima tahun lalu.
Dia menjual bekas kandang kambing itu seharga Rp 1 juta kepada Sumini.
"Ditumbas (dibeli) satu juta tapi baru dibayar lima ratus ribu," kata Rumiyati.
Dia tak merasa keberatan Sumini dan putrinya tinggal di bekas kandang kambing yang bersebelahan tepat di samping rumah yang dia tempati.
"Saya malah senang, ada temannya," katanya. (suryamalang/rahadianbagus)