.jpg)
Jalan kesuksesan itu ada banyak sekali, dan jika kita ingin seperti Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, kita bisa mencontoh beliau dengan menjadi pengusaha. Jika jalan yang ditempuh benar dan selalu berdo'a pada Allah Ta'ala, maka bukan mustahil jika kita akan menjadi sukses.
Namun terkadang, orang merasa bahwa jualannya kurang menguntungkan atau untung yang didapatkan kurang banyak, sehingga mudah berputus asa. Padahal, bisa jadi dari usaha kecil tersebut dapat memperoleh berkah, bukan hanya keuntungan.
![]() |
Ilustrasi getuk / Gambar via indonesia-tourism.com |
Siapa tak kenal getuk? Makanan tradisional berbahan dasar singkong ini banyak sekali dijual di pasar-pasar tradisional dan tak jarang di toko oleh-oleh sudah banyak yang menjualnya.
Jangan kira berjualan getuk tidak dapat menghasilkan untung yang besar, ibu ini justru mendapatkan untung dan berkah luar biasa dari Allah Ta'ala melalui berjualan getuk.
Ia adalah Temu Harno Wiharjo, seorang ibu yang berhasil menuntaskan pendidikan keempat anaknya dengan modal berjualan getuk. Dari berjualan getuk pula, Allah Ta'ala memberikan kesempatan bagi ibu Temu untuk dapat menunaikan ibadah haji sekitar 2 tahun yang lalu.
Usaha ibu Temu bukan tergolong usaha besar. Beliau menjual getuknya di Pasar Prambanan dan hanya menggunakan nampan seadanya sebagai alas getuk. Usaha itu telah beliau geluti selama kurang lebih setengah abad dan hasilnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan pendidikan anak-anaknya.
Ibu Temu telah memulai usahanya ini sejak berusia 15 tahun. Meski telah berusia lanjut, beliau tetap enggan mengakhiri usahanya karena usaha ini adalah warisan dari orang tuanya. Dan hingga sekarang beliau masih membuat getuk dengan sangat telaten.
Kini, di Pasar Prambanan hanya Ibu Temu lah penjual getuk yang masih bertahan, yang lain sudah meninggal dunia. Dulunya, setiap pengunjung yang datang ke Pasar Prambanan tidak pernah melewatkan getuk buatan Ibu Temu, namun kini sudah berkurang peminatnya.
Jika dulu beliau dapat memproduksi hingga 50 kg per hari, kini hanya mampu 20 kg per hari. Satu porsi getuk yang dibungkus daun pisang ini dihargai Rp 1.000,-. Untung yang didapatkan pun tak banyak, hanya sekitar Rp 10.000,- sampai Rp 20.000,- saja per hari.
Usaha ibu Temu bukan tergolong usaha besar. Beliau menjual getuknya di Pasar Prambanan dan hanya menggunakan nampan seadanya sebagai alas getuk. Usaha itu telah beliau geluti selama kurang lebih setengah abad dan hasilnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan pendidikan anak-anaknya.
Ibu Temu telah memulai usahanya ini sejak berusia 15 tahun. Meski telah berusia lanjut, beliau tetap enggan mengakhiri usahanya karena usaha ini adalah warisan dari orang tuanya. Dan hingga sekarang beliau masih membuat getuk dengan sangat telaten.
Kini, di Pasar Prambanan hanya Ibu Temu lah penjual getuk yang masih bertahan, yang lain sudah meninggal dunia. Dulunya, setiap pengunjung yang datang ke Pasar Prambanan tidak pernah melewatkan getuk buatan Ibu Temu, namun kini sudah berkurang peminatnya.
Jika dulu beliau dapat memproduksi hingga 50 kg per hari, kini hanya mampu 20 kg per hari. Satu porsi getuk yang dibungkus daun pisang ini dihargai Rp 1.000,-. Untung yang didapatkan pun tak banyak, hanya sekitar Rp 10.000,- sampai Rp 20.000,- saja per hari.
Ibu Temu senang melakoni usahanya meski untung yang didapatkan tak seberapa. Hal ini dikarenakan, ketika berjualan beliau dapat berjumpa dengan pelanggan dan sesama pedagang pasar. Selain itu, beliau mengaku lebih dekat dengan suami yang setiap pergi dan pulang dari pasar bersama-sama.
Wanita yang tinggal di Karangmojo, Purwomartani, Kalasan ini mengatakan bahwa ia berhasil menyekolahkan anaknya hingga menjadi perawat dan tentara. Namun sayangnya, dua anak perempuannya sudah meninggal karena sakit.
Ibu Temu mengajarkan kita bahwa kesuksesan tidak dinilai dari besar kecilnya suatu usaha, karena kesuksesan itu adalah ketika rezeki yang kita dapat itu berkah dan membahagiakan kita.