Aris Nugroho (17) yang terkena hidrosefalus duduk dipangku oleh Paijem (36) ibunya di ruang tunggu lantai 3 Poli rawat jalan, Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. |
Aris Nugroho (17) duduk dipangku oleh Paijem (36), ibunya, di ruang tunggu lantai 3 Poli rawat jalan, Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.
Aris sapaan akrabnya, warga Tingascepoko Rt 6 Sumbermulyo, Bambanglipuro, Bantul tersebut telah mengidap penyakithidrosefalus sejak 16 tahun, penyakit yang menyerang organ otak dengan ciri bagian kepala yang membesar.
Paijem menceritakan kronologis penyakit yang sudah diderita aris sejak kecil tersebut.
"Waktu itu Aris lahir normal di RS PKU Bantul. Dahulu saya juga sampai harus menggadaikan motor kakak untuk biaya persalinan. Saat aris mulai 3 bulanan, dia panas kemudian saya bawa ke RS PKU Bantul dan disuntik," cerita Paijem Sabtu (4/6/2016).
"Sebulan kemudian ada benjolan di kepalanya, pihak RS PKU Bantul menyarankan untuk dibawa ke RS Sardjito. Saya waktu itu sudah habis 900 ribu untuk biaya perawatan Aris. Saya sudah tidak punya uang lagi," imbuhnya.
Setelah kejadian tersebut Paijem memilih merawat Aris di rumah sambil berharap bantuan datang. Bantuan yang selama ini dinantikan, akhirnya datang juga.
Majalah Hidup meliput apa yang dialami oleh aris, dari Majalah Hidup tersebut pula Paijem dan Aris dipertemukan dengan RS Panti Rapih.
Dari Majalah Hidup tersebut saya mendapat uang 600 ribu untuk berobat Aris di RS Panti Rapih dan selanjutnya RS Panti Rapih memberikan pelayanan pengobatan gratis. Semua baik dari dokter maupun perawat tidak ada yang tidak baik. Segala macam pengobatan dan terapi dari RS Panti Rapih, meskipun dulu saya belum punya BPJS. Alhamdulillah sekarang Aris semakin baik," tutur Paijem.
Humas RS Panti Rapih, Sugeng, memberikan keterangan bahwa aris sudah menjadi pasien di RS Panti Rapih sejak februari 1999.
Sugeng menambahkan bahwa pelayanan pengobatan diberikan kepada Aris secara cuma-cuma. Pengobatan tersebut meliputi kontrol, rawat inap dan terapi okupasi.
Keterangan juga didapat dari dokter yang selama ini menangani Aris, dr. Edhi Dharma. "Yang pasti kami selalu berusaha memberikan yang terbaik semaksimal mungkin," tuturnya.
Di tengah kondisi Aris yang sedang sakit tersebut, Paijem mendapatkan cobaan dari Yang Maha Kuasa. Sejak 2013 payudara Paijem mengalami benjolan yang menyebabkan rasa nyeri.
"Payudara saya sering sakit. Setiap nganter Aris, saya juga ikut berobat," cerita Paijem.
Ditanya perihal penyakitnya tersebut, Paijem mengaku tidak mengetahui pasti penyakit apa yang ia derita.
"Saya tidak tahu sakit apa, tp kalo minum obat biasanya sembuh sendiri. Cuma dari tadi malam sakit sekali," tambah Paijem. Sakit yang dialami Paijem dan Aris tidak menjadikan paijem putus asa. Sambil mengusap air matanya Paijem mengaku sering berpuasa demi Aris.
"Saya sering puasa biar Aris sehat, panjang umur biar sama saya dunia akhirat. Cuma Aris yang saya punya. Sakitpun dia tidak pernah nangis," cerita Paijem.
Saat ditanya kesulitan yang dihadapi. Paijem bercerita bahwa ia kerepotan harus bolak balik Bantul ke RS Panti Rapih.
"Biaya taksi mahal, pulang pergi habis 300 ribu. Hari selasa kemarin saya tinggal punya uang 300 ribu padahal hari ini harus kontrol, untung ada yang baik hati kasih 200 ribu. Jadi hari ini saya bisa ke sini. Kalau saja saya punya rumah dekat sini saya bisa becak untuk sampai rumah sakit," tutur Paijem.
Paijem mengaku tidak pernah mendapat bantuan dari RT RW maupun pemerintah. Bantuan sering datang dari orang-orang yang bersimpati kepadanya.
Sumber: Banjarmasin.Post